SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT”
NAMA : DEVI PERMATASARI
NIM : PO714203191040
KELAS : B
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (D.IV)
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT. atas berkat
rahmatNYA dan karuniaNYAlah sehingga saya mampu menyelesaikan tugas makalah Mata
Kuliah ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Dengan materi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat".
Tidak lupa pula saya ucapkan banyak terima
kasih kepada bapak/ibu selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dari awal
pembuatan makalah sampai selesai. Begitu pula dengan pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Saya
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua
mengenai informasi tentang faktor koagulasi darah.
Dengan
demikian, Saya ketahui bahwa makalah ini tidak sempurna, maka dari itu kami
harapkan kepada semua pihak untuk memberikan masukan berupa saran maupun
kritikan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Makassar,
27 Mei
2021
Penulis
(Devi Permatasari)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
D.
Manfaat Penulisan............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Kesehatan Masyarakat............................................................ 4
B.
Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat........................................ 6
C.
Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat Di
Indonesia.................. 19
D.
Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat................................................... 24
E.
Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat............................................... 25
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 27
B.
Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pelayanan kesehatan
masyarakat di indonesia telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara
lebih merata. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan
golongan masyarakat yang berpendidikan dan menguasai informasi semakin
bertambah sehingga mereka dapat memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang berkualitas (Sabarguna, 2004).
Ilmu kesehatan masyarakat merupakan suatu rentetan sejarah panjang kehidupan manusia dan lingkungannya, dimana perkembangannya di seluruh dunia terkait satu dengan lainnya. Terdapat momentum-momentum sejarah perkembangan kesehatan masyarakat yang merupakan tonggak awal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kesehatan masyarakat saat ini. Sejarah kesehatan masyarakat di negara-negara maju mempunyai peran terhadap perkembangan ilmu dan tekhnologi kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Perkembangan aktual kesehatan masyarakat dan pelayanan keperawatan medis untuk masyarakat umum masih belum sempurna di negara-negara bekas wilayah jajahan. Jutaan orang yang bergerak ke daerah-daerah yang benar-benar asing telah menyebabkan tingginya insiden kematian dan cacat. Para pekerja yang terlantar sering meninggal karena cacar, malaria, demam kuning, tifus, tifoid, dan kolera, atau mereka telah dinonaktifkan kerja karena frambusia, kusta, dan sifilis.
Terjangkitnya penyakit menular menjadi potensi hambatan yang sangat besar di daerah kolial baru. Hal ini memicu ledakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di awal abad ke-20, terutama di bidang fisika, mikrobiologi, biokimia, farmakologi dan diagnostik dalam praktek kesehatan masyarakat.
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, maka setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik, seperti wabah penyakit sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewata.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran, semakin banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat? Sebelum membahas tentang masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah ilmu kesehatan masyarakat?
2.
Bagaimana Perkembangan Ilmu kesehatan masyarakat?
3.
Bagaimana perkembangan ilmu kesehatan masyarakat di
Indonesia?
4.
Apa definisi ilmu kesehatan masyarakat?
5.
Apa saja ruang lingkup kesehatan masyarakat?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana
sejarah ilmu kesehatan masyarakat
2. Untuk mengetahui bagaimana
Perkembangan kesehatan masyarakat
3. Untuk mengetahui
perkembangan ilmu kesehatan masyarakat di Indonesia
4. Untuk mengetahui apa
definisi ilmu kesehatan masyarakat
5. Untuk mengetahui apa saja ruang
lingkup kesehatan masyarakat
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui sejarah
ilmu kesehatan masyarakat
2. Dapat mengetahui bagaimana
Perkembangan kesehatan masyarakat
3. Dapat mengetahui
perkembangan ilmu kesehatan masyarakat di Indonesia
4. Dapat mengetahui apa
definisi ilmu kesehatan masyarakat
5. Dapat mengetahui ruang
lingkup kesehatan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah
kesehatan masyarakat tidak
terlepas dari dua
tokoh mitologi Yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani
Asclepius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, namun
Asclepius dapat mengobati
penyakit dan bahkan
dapat melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik. Higeia, seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya,
juga telah melakukan upayaupaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan
Asclepius. Perbedaan tersebut terletak pada
cara pendekatan dalam
menangani masalah kesehatan. Perbedaan pendapat tersebut dapat
dilihat pada uraian berikut, menurut Asclepius cara penanganan penyakit dengan
cara mengobati setelah penyakit menimpa seseorang, sedangkan menurut Higeia
cara penangananya dengan cara Mengajarkan
pemecahan masalah kesehatan
melalui ‘hidup seimbang’
1. Menghindari makanan beracun.
2. Makanan yang bergizi.
3. Cukup istirahat.
4. Melakukan olahraga.
Jika sudah sakit lebih mengupayakan pengobatan
alamiah daripada pengobatan/operasi
dengan mengkomsumsi makanan
bergizi agar memperkuat
pertahanan tubuhnya (Notoatmodjo, 2007)
Perbedaan pendekatan yang
dilakukan oleh Asclepius
dan Higeia mengakibatkan munculnya dua
aliran atau pendekatan
dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau
aliran pertama cenderung
menunggu terjadinya penyakit
(setelah sakit), yang selanjutnya
disebut pendekatan kuratif
(pengobatan). Kelompok ini
pada umumnya terdiri dari
dokter, dokter gigi,
psikiater, dan praktisi-praktisi lain
yang melakukan pengobatan penyakit
baik fisik, psikis,
mental, ataupun sosial.
Sementara itu, kelompok kedua, seperti
halnya pendekatan Higeia,
cenderung melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit dan meningkatkan
kesehatan (promosi) sebelum
terjadinya penyakit. Ke
dalam kelompok ini termasuk
para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah
atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang (Notoatmodjo,
2007) .
Perbedaan pendekatan tersebut, dalam perkembangan
selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok
profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat
dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
·
Pertama,
pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
·
Kedua,
pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu
pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang,
berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih
mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.
·
Ketiga,
pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat
klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya
penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi
dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian
pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh
atau holistik.
Sejarah perkembangan kesehatan
masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan
sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Dari kebudayaan
yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa
manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat
dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota,
pengaturan air minum, dan sebagainya.
B.
Perkembangan Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Pada
zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran
(latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada saat itu bukan karena tinja atau
kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak
dan pandangan yang tidak menyedapkan. Demikian juga masyarakat membuat sumur
pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu
terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit
(Greene, 1984).
Dari
dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu
peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang
piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada
keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada
tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan
sebagainya (Hanlon, 1974)
Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa
masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular
sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
1.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat pada Masa
Liberalisme dan sesudahnya
Dekade setelah
Perang Dunia II membawa pergeseran nilai yang ditandai dengan
fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan masyarakat.
Di
negara maju, penyakit menular yang telah begitu lama
menjadi fokus utama kesehatan masyarakat telah surut,
dengan polio menjadi yang terakhir dari epidemi yang
mengejutkan, mampu menurunkan korban dengan pemberian imunisasi,
antibiotik, atau pengendalian epidemiologi atau
lingkungan (Rogers 1990).
Masa
perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun 1950 an dumlai dengan studi
follow up terhadap dokter-dokter di Inggris untuk memperlihatkan adanya
hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan perkembangan penyakit kanker
paru.
Dengan penaklukan fasisme
dan diikuti dengan runtuhnya komunisme, liberalisme muncul
kembali. Ini dilambangkan dalam pernyataan Badan Kesehatan
Dunia (WHO), bahwa kesehatan dan kesejahteraan adalah hak asasi
bagi semua manusia (WHO 1968). Hal Ini adalah kewajiban bagi
negara untuk memberikan hak tersebut kepada penduduknya mereka.
Dalam beberapa
kondisi, konflik antara kesehatan masyarakat sebagai suatu keharusan
dan hak-hak sipil kembali muncul. Ini tetap menjadi isu
yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan masyarakat.
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai
dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan.
Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya
dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara
biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah
yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan
secara komprehensif, multisektoral. Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan
ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai
pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah
penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk
sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi
pada waktu operasi.
Penyelidikan
dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun
1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi
(wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang
miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin
Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut : Masyarakat hidup di
suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air
kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak
teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14
jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian
masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan
Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih.
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen
mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan
kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja,
pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah
Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga
kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang
wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya
terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran.
Mulai
tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya.
Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan
masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai
melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan
kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa
penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor
genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dari
segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan
dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen
kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang
telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada
tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.
Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian
kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New
York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American
Public Health Association).
2.
Sejarah dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat di
Negara Berkembang
Sejarah
dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat Awal Ilmu Kesehatan masyarakat. Penyakit
kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah
dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah
menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari
Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran.
Pada
abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di
India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena
pes.
Menurut
catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai
lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut “the Black
Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung sampai
menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih
berlangsung.
Telah
tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan
pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular.
Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena
penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu
antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya.Perdagangan Dunia selama
abad ke 18 dan 19 dalam upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
membawa pada penjelajahan ke bagian lain dari dunia. Negara Eropa dan Amerika
bersaing dalam penguasaan wilayah. Dalam upaya untuk mempertahankan teritorial
masing-masing mereka menempatkan orang-orangnya secara bergantian dari satu
tempat ke tempat lain untuk keperluan militer dan ekonomi. Ribuan warga Afrika
dan Asia di bawa ke Amerika pada Abad ke-18 dan ke-19 untuk dipekerjaan di
perkebunan atau pembuatan konstruksi rel kereta api. Kemudian mereka pun akan
dipindahkan lagi ke India dan beberapa negara di asia untuk bekerja di
perkebunan yang lebih luas. Dengan perluasan perdagangan dan penguasaan
wilayah, penyakit menyebar ke seluruh dunia sepanjang rute perdagangan
Untuk
melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa kolonial menegakkan hukum
serupa dengan yang berlaku di negaranya. Undang-undang kesehatan masyarakat
yang spesifik bervariasi di setiap penguasa kolonial, namun jejak yang masih
ada seperti undang-undang kesehatan masyarakat, undang-undang kepemerintahan,
undang-undang sipil, undang-undang pabrik, undang-undang pemalsuan makanan,
undang-undang vaksinasi dan undang-undang tentang penyakit menular masih
berlaku selama beberapa dekade, seperti dibanyak negara di Asia, Pasifik,
Negara Bagian Amerika dan Afrika sebagai bekas koloni Inggris, Spanyol,
Prancis, Amerika ataupun Belanda masih berlaku. Para kolonial telah
mencanangkan inisiatif penting dalam pencegahan dan pengendalian kesehatan
masyarakat internasional melalui vaksinasi cacar yang awalnya diberikan pada
para pekerja administrasi kolonial dan kemudian pada pekerja kasarnya.
Misionaris agama dari
Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi keseluruh
dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari
mereka, memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga
kemudian mendirikan lembaga-lembaga perawatan medis serta sistem
pendidikan umum, termasuk sekolah keperawatan dan medis.
Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan
atau apotik pada awalnya dan kemudian berkembang menjadi rumah
sakit di negara-negara kolonial.
Diakhir
abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat yaitu dengan pembentukan program
sarjana dan pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan
masyarakat, awalnya di negara-negara asal koloni kemudian di
kembangkan di koloni-koloni mereka.
Namun, perkembangan
aktual kesehatan pada para masyarakat dan pelayanan keperawatan
medis untuk masyarakat-masyarakat umum masih belum sempurna di
negara-negara bekas wilayah jajahan. Jutaan orang yang
bergerak ke daerah-daerah yang benar-benar asing telah
menyebabkan tingginya insiden kematian dan cacat. Para pekerja
yang terlantar sering meninggal karena cacar, malaria,
demam kuning, tifus, tifoid, dan kolera, atau mereka telah dinonaktifkan kerja
karena frambusia, kusta, dan sifilis.
Terjangkitnya
penyakit menular menjadi potensi hambatan yang sangat besar di daerah kolial
baru. Hal ini memicu ledakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
awal abad ke-20, terutama di bidang fisika, mikrobiologi, biokimia, farmakologi
dan diagnostik dalam praktek kesehatan masyarakat.
3.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat yang berorientasi
ilmu pengetahuan (science-oriented public health)
Negara-negara
jajahan melihat akhir Perang Dunia Kedua sebagai awal
dari berakhirnya kekuasaan penjajah. Negara-negara tersebut berharap
untuk dapat membangun negaranya kearah perdamaian dan bangkit dari penderitaan
dan kekurangan setelah bebas dari penjajahan. Kegiatan rekonstruksi untuk
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial segera dilaksanakan untuk mengejar
ketinggalan dengan memanfaatkan tehnologi yang ditinggalkan pada jaman
penjajahan.
Pada
masa awal dari periode rekonstruksi disebut sebagai jaman
kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan kemakmuran di
negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka yang kurang
mampu di seluruh dunia. Periode ini juga disebut
sebagai jaman peluang, yakni dalam melihat kemajuan ilmiah
dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka
pemandangan dan kemungkinan tak terbatas untuk
memecahkan permasalahan kuno tentang kemiskinan dan penyakit
(Gunaratne 1977).
Berbagai penemuan dan
inovasi selama dan sesudah Perang Dunia Kedua memberikan dorongan luar
biasa untuk aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
pesawat jet, microwave, radar, dan fasilitas
telekomunikasi lainnya termasuk satelit. Penemuan dan
produksi massal kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin, dan sulfonamida, pengembangan
vaksin dan obat baru yang efektif untuk mencegah dan
mengendalikan penyakit menular, pengenalan pil
KB dan suntikan, pengenalan dan penggunaan komputer, dan
perbaikan dalam pencitraan teknologi (X-ray dan CT scan)
memfasilitasi aplikasi canggih dalam praktek kesehatan masyarakat.
Kemajuan dalam mikrobiologi dan imunologi memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan vaksin dan teknologi
diagnostic. Sebuah pencapaian luar biasa dalam bidang pangan dan
gizi adalah hilangnya virtual skala besar dari banyak
kelaparan.
Misionaris agama dari
Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi keseluruh
dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari
mereka, memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga
kemudian mendirikan lembaga-lembaga perawatan medis serta sistem
pendidikan umum, termasuk sekolah keperawatan dan medis.
Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan
atau apotik pada awalnya dan kemudian berkembang menjadi rumah
sakit di negara-negara kolonial.
Diakhir
abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam pendidikan kesehatan
masyarakat yaitu dengan pembentukan program sarjana dan
pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan
masyarakat, awalnya di negara-negara asal koloni kemudian di
kembangkan di koloni-koloni mereka.
Sekolah perintis kesehatan
masyarakat didirikan di negara-negara kolonial
di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan
maksud agar dapat berfungsi sebagai pusat untuk
pengembangan kebijakan terkait kesehatan masyarakat, dan untuk
melatih orang-orang yang akan melayani warga negaranya di wilayah
kolonial atau pekerja di daerah tropis.
Namun, perkembangan
aktual kesehatan masyarakat dan pelayanan keperawatan
medis untuk masyarakat umum masih belum sempurna di
negara-negara bekas wilayah jajahan. Jutaan orang yang
bergerak ke daerah-daerah yang benar-benar asing telah
menyebabkan tingginya insiden kematian dan cacat. Para pekerja
yang terlantar sering meninggal karena cacar, malaria,
demam kuning, tifus, tifoid, dan kolera, atau mereka telah
dinonaktifkan kerja karena frambusia, kusta, dan sifilis.
Terjangkitnya penyakit
menular menjadi potensi hambatan yang sangat besar di daerah kolial baru. Hal
ini memicu ledakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di awal abad
ke-20, terutama di bidang fisika, mikrobiologi, biokimia, farmakologi dan diagnostik
dalam praktek kesehatan masyarakat.
4.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat yang berorientasi
ilmu pengetahuan (science-oriented public health)
Negara-negara
jajahan melihat akhir Perang Dunia Kedua sebagai awal
dari berakhirnya kekuasaan penjajah. Negara-negara tersebut berharap
untuk dapat membangun negaranya kearah perdamaian dan bangkit dari penderitaan
dan kekurangan setelah bebas dari penjajahan. Kegiatan rekonstruksi untuk
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial segera dilaksanakan untuk mengejar
ketinggalan dengan memanfaatkan teknologi yang ditinggalkan pada jaman
penjajahan.
Pada
masa awal dari periode rekonstruksi disebut sebagai jaman
kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan kemakmuran di
negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka yang kurang
mampu di seluruh dunia. Periode ini juga disebut
sebagai jaman peluang, yakni dalam melihat kemajuan ilmiah
dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka
pemandangan dan kemungkinan tak terbatas untuk
memecahkan permasalahan kuno tentang kemiskinan dan penyakit
(Gunaratne 1977).
Berbagai penemuan dan
inovasi selama dan sesudah Perang Dunia Kedua memberikan dorongan luar
biasa untuk aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
pesawat jet, microwave, radar, dan fasilitas
telekomunikasi lainnya termasuk satelit. Penemuan dan
produksi massal kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT),
penisilin, dan sulfonamida, pengembangan vaksin dan
obat baru yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
menular, pengenalan pil KB dan suntikan, pengenalan dan
penggunaan komputer, dan perbaikan dalam pencitraan
teknologi (X-ray dan CT scan) memfasilitasi aplikasi canggih
dalam praktek kesehatan masyarakat. Kemajuan dalam mikrobiologi
dan imunologi memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan
vaksin dan teknologi diagnostic. Sebuah pencapaian luar biasa
dalam bidang pangan dan
gizi adalah hilangnya virtual skala besar dari banyak
kelaparan.
Secara singkat berikut adalah sejarah singkat dari perkembangan kesehatan
masyarakat sudah dimulai
sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan kesehatan masyarakat
pada garis besarnya
dibagi menjadi dua periode, yaitu
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (prescientific period) dan sesudah perkembangan
ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
1.
Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Catatan sejarah
kebudayaan di dunia,
seperti Babylonia, Mesir,
Yunani, dan Roma, telah
tercatat bahwa manusia
telah melakukan usaha
untuk penanggulangan masalahmasalah kesehatan
masyarakat dan penyakit.
Ditemukan pula dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis
yang mengatur pembuangan air
limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air
minum, dan sebagainya.
Pada permulaan
abad pertama sampai
dengan kira-kira abad
ke-7, pentingnya kesehatan masyarakat
makin dirasakan karena
sebagaian masyarakat mulai
terserang berbagai macam penyakit menular dan telah menjadi epidemi
bahkan di beberapa tempat telah
menjadi endemi. Penyakit
kolera telah tercatat
sejak abad ke-7
menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan
ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 telah menjadi pusat endemi kolera.
Di samping itu, lepra juga telah
menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para imigran
(Notoatmodjo, 2007).
Upaya-upaya yang
dilakukan oleh masyarakat
untuk mengatasi epidemi
dan endemi penyakit-penyakit
antara lain dengan:
a.
Masalah
lingkungan mulai diperhatikan, terutama higiene dan sanitasi lingkungan ,
b.
Pembuatan
pembuangan kotoran manusia (latrin),
c.
Mengusahakan
penggunaan air minum yang bersih,
d.
Pembuangan
sampah,
e.
Pembuatan
ventilasi rumah yang baik.
Pada abad ke-14, mulai terjadi wabah pes. Yang
paling dahsyat, di Cina dan India. Pada tahun 1340, tercatat 13.000.000 orang
meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan
13.000 orang meninggal
setiap hari karena
pes. Menurut catatan
jumlah meninggal karena wabah
pes di seluruh
dunia waktu itu
mencapai lebih dari
60.000.000 orang. Oleh sebab
itu, waktu itu
disebut 'The Black
Death'. Keadaan atau
wabah penyakit menular ini
berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera
dan tipus masih
berlangsung. Tercatat pada
tahun 1603 lebih
dari 1 di
antara 6 orang meninggal dan
pada tahun 1665
sekitar 1 di
antara 5 orang
meninggal karena penyakit menular. Pada
tahun 1759, sekitar
70.000 orang penduduk
kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular.
Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain tipus,
disentri, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Dari
catatan-catatan periode sebelum
ilmu pengetahuan tersebut
terlihat bahwa upaya pemecahan
masalah kesehatan masyarakat
belum dilakukan secara
menyeluruh, meskipun masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran
penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat.
2.
Periode Ilmu Pengetahuan
Pada
akhir abad ke-18
dan awal abad
ke-19, kebangkitan ilmu
pengetahuan mempunyai dampak yang luas terjadi terhadap segala aspek
kehidupan manusia, termasuk kesehatan.
Mulai abad ke-19
masalah kesehatan khususnya
penyakit tidak hanya
dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan tidak
hanya secara biologis yang sempit, tetapi kesehatan adalah masalah yang
kompleks sehingga masalah kesehatan harus dilakukan pendekatan
secara komprehensif dan multisektoral.
Terkait terjadinya serangan epidemi (wabah) kolera
pada sebagian besar rakyat Inggris terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan miskin, penyelidikan dan upaya upaya kesehatan masyarakat
secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832, di mulai pada saat Parlemen
Inggris membentuk komisi
untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera
ini dan Edwin Chardwich seorang pakar sosial (social scientist) ditunjuk
sebagai ketua komisi. Hasil penyelidikan menunjukkan wabah terjadi karena hal
berikut.
a.
Masyarakat hidup
di suatu kondisi
sanitasi yang jelek,
sumur penduduk berdekatan
b.
dengan aliran
air kotor dan pembuangan kotoran manusia.
c.
Air limbah yang
mengalir terbuka tidak teratur.
d.
Makanan yang
dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
e.
Sebagian besar
masyarakat miskin, bekerja
rata-rata 14 jam
per hari dengan
gaji di bawah kebutuhan
hidup sehingga sebagian
masyarakat tidak mampu
membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan
analisis data statistik yang lengkap dan tepercaya. Maka itu, parlemen
mengeluarkan undang-undang yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan
penduduk, termasuk sanitasi
lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan sebagainya.
C.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia
Sejarah perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad
ke-16.
1.
Tahun 1927
kolera merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat karena masuk
Indonesia. Pada tahun 1937, terjadi
wabah kolera eltor
di Indonesia, kemudian
pada tahun 1948 cacar
masuk ke Indonesia
melalui Singapura dan
mulai berkembang di Indonesia
sehingga pemerintah Belanda
pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat dalam rangka memberantas wabah kolera.
2.
Tahun 1807
dalam rangka penurunan
angka kematian bayi
yang tinggi. Gubernur Jenderal Deandels
melakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktik
persalinan. Akan tetapi, upaya
ini tidak berlangsung lama karena
langkanya tenaga pelatih kebidanan. Kemudian, pada tahun 1930 dimulai lagi dengan
didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
3.
Tahun 1851 dr.
Bosch seorang kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dokter
Bleeker di Indonesia
mendirikan sekolah dokter
Jawa yang dikenal
dengan nama STOVIA (School
Tot Oplelding Van
Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi.
Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter
yang kedua di
Surabaya dengan nama NIAS
(Nederlandsch Indische Artsen
School). Pada tahun
1927, Stovia berubah menjadi
sekolah kedokteran dan
namanya diubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1947.
4.
Tahun 1888 di
Bandung berdiri Pusat Laboratorium Kedokteran yang berperan penting dalam mengembangkan
kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kemudian pada
tahun 1938 Pusat Laboratorium
ini berubah menjadi
Lembaga Eykman, selanjutnya
diikuti dengan pendirian laboratorium
lain di Medan,
Semarang, Makassar, Surabaya,
dan Yogyakarta.
Laboratorium-laboratorium
ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam
rangka menunjang
pemberantasan penyakit, seperti
malaria, lepra, cacar,
dan sebagainya, bahkan untuk
bidang kesehatan masyarakat
yang lain, seperti
gizi dan sanitasi.
5.
Tahun 1922
pes masuk Indonesia
dan pada tahun
1933, 1934, dan
1935 terjadi epidemi di beberapa
tempat, terutama di Pulau Jawa.
6.
Tahun 1925
Hydrich seorang petugas
kesehatan Pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan
kesakitan di Banyumas–Purwokerto
pada waktu itu.
Ia menyimpulkan bahwa
penyebab tingginya angka kematian dan
kesakitan itu adalah
karena buruknya kondisi
sanitasi lingkungan. Mereka membuang
kotorannya di sembarang
tempat, seperti di
kebun, di kali,
di selokan, bahkan di pinggir jalan dan mereka mengomsumsi air minum
juga dari sungai yang tercemar. Menurutnya, kondisi sanitasi lingkungan yang
buruk disebabkan karena perilaku
penduduk. Oleh sebab
itu, Hydrich memulai
upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daerah percontohan dengan
melaksanakan pendidikan/penyuluhan
kesehatan. Usaha Hydrich
ini dianggap sebagai
awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
7.
Tahun 1935
dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan
pestisida DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan
juga vaksinasi massal.
Tercatat 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi sampai
tahun 1941.
8.
Salah satu
tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia terjadi pada
saat memasuki zaman kemerdekaan dengan diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung
Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, selanjutny a dikenal
dengan nama Patah-Leimena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan
bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan di rumah
sakit dan puskesmas
di Indonesia, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan.
9.
Tahun 1956
Dr. Y Sulianti
dalam kegiatan pengembangan
masyarakat mendirikan
‘Proyek Bekasi’ (Tepatnya
Lemah Abang) sebagian
proyek percontohan atau
model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan
di Indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga
kesehatan. Untuk melancarkan
penerapan konsep pelayanan terpadu
ini, terpilih 8
desa wilayah pengembangan
masyarakat, yaitu Inderapura (Sumatra
Utara), Lampung, Bojong
Loa (Jawa Barat),
Sleman, Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali), dan
Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal
sistem puskesmas sekarang ini.
10. Pada
November 1967, dr.
Achmad Dipodilogo dalam seminar
yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu
sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat Indonesia.
Mengungkapkan “Konsep Puskesmas”
yang mengacu kepada Konsep
Bandung dan Proyek
Bekasi. Kesimpulan seminar
ini adalah disepakatinya sistem
puskesmas yang terdiri atas tipe A, B, dan C.
11. Akhirnya
tahun 1968 dalam
rapat kerja kesehatan
nasional dicetuskan bahwa puskesmas merupakan
sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat
(puskesmas). Puskesmas disepakati
sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
a. kesehatan ibu dan anak,
b. keluarga berencana,
c. gizi,
d. kesehatan lingkungan,
e. pencegahan penyakit menular,
f. penyuluhan kesehatan masyarakat,
g. pengobatan,
h. perawatan kesehatan masyarakat,
i. usaha kesehatan gizi,
j. usaha kesehatan sekolah,
k. usaha kesehatan jiwa,
l. laboratorium,
m. pencatatan dan pelaporan.
12. Tahun
1969 disepakati hanya
ada dua sistem
puskesmas, yaitu tipe
A dan B. puskesmas
tipe A dikelola
oleh dokter dan
tipe B dikelola
oleh seorang tenaga paramedis.
13. Tahun
1979 dikembangkan satu
peranti manajerial penilaian
berupa stratifikasi puskesmas,
yang dibedakan menjadi
a. Strata satu: puskesmas dengan prestasi sangat
baik,
b. Strata dua: puskesmas dengan prestasi
rata-rata atau standar,
c. Strata tiga: puskesmas dengan prestasi di
bawah rata-rata.
14. Tahun
1984 tanggung jawab
puskesmas ditingkatkan dengan
mempunyai tanggung jawab dalam
pembinaan dan pengembangan
posyandu di wilayah
kerjanya masingmasing. Program
posyandu ini mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi masyarakat,
penanggulangan penyakit diare,
dan imunisasi. Tujuan
dikembangkannya
posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, yakni
a.
Mempercepat penurunan
angka kematian bayi
dan anak balita
dan angka kelahiran,
b.
Mempercepat
penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (nkkbs),
c.
Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya.
D.
Definisi Kesehatan Masyarakat
Banyak
ahli kesehatan masyarakat
membuat definisi kesehatan
masyarakat. Adapun definisi
kesehatan masyarakat sebagai berikut.
1.
Kesehatan adalah
upaya-upaya untuk mengatasi
masalah sanitasi yang
mengganggu kesehatan. Dengan kata
lain, kesehatan masyarakat
sama dengan sanitasi.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan
sanitasi lingkungan merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat.
2.
Kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi
dalam masyarakat melalui perbaikan
sanitasi lingkungan dan
pencegahan penyakit melalui imunisasi.
3.
Kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sementara itu,
ilmu kedokteran itu
sendiri merupakan integrasi
antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
4.
Kesehatan masyarakat
dapat diartikan sebagai
aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan
pengobatan (kedokteran) dalam
mencegah penyakit yang
melanda penduduk atau masyarakat.
Oleh karena masyarakat
sebagai objek penerapan
ilmu kedokteran dan sanitasi
mempunyai aspek sosial
ekonomi dan budaya
yang sangat kompleks. Akhirnya
kesehatan masyarakat diartikan
sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu
kedokteran dan ilmu
sanitasi dan ilmu
sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.
5.
Winslow (1920)
mendefinisikan kesehatan masyarakat
yang sampai sekarang
masih relevan, yakni kesehatan
masyarakat (public health)
adalah ilmu dan
seni, mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan
kesehatan melalui ‘usaha-usaha pengorganisasisan masyarakat’
untuk:
a.
Perbaikan
sanitasi lingkungan,
b.
Pemberantasan
penyakit-penyakit menular,
c.
Pendidikan untuk
kebersihan perorangan,
d.
Pengorganisasian
pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan,
e.
Pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin
setiap orang terpenuhi Kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatannya.
6.
Kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat
dalam pengadaan pelayanan
kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan
kesehatan masyarakat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kesehatan masyarakat itu
meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi,
ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan, sampai dengan ilmu
sosial.
E.
Ruang Lingkup Kesehatan masyarakat
Beberapa disiplin
ilmu yang mendasari
ilmu kesehatan masyarakat
mencakup ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi,
psikologi, ilmu pendidikan, dan
sebagainya. Oleh sebab
itu, ilmu kesehatan
masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin. Pilar utama ilmu
kesehatan masyarakat atau
disiplin ilmu yang
menopang ilmu kesehatan
masyarakat antara lain:
1.
Epidemiologi,
2.
Biostatistik/statistik kesehatan,
3. Kesehatan
lingkungan,
4. Pendidikan
kesehatan dan ilmu perilaku,
5.
Administrasi kesehatan masyarakat,
6. Gizi
masyarakat,
7. Kesehatan
kerja.
Kesehatan
masyarakat pada praktiknya
mempunyai kegiatan yang
luas. Semua kegiatan baik
yang langsung ataupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), terapi (terapi
fisik, mental, dan
sosial) atau kuratif, maupun pemulihan
(rehabilitatif) kesehatan (fisik,
mental, dan sosial)
adalah upayakesehatan masyarakat.
Misalnya, pembersihan lingkungan,
penyediaan air bersih, pengawasan makanan,
perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat, cara pembuangan
tinja, pengelolaan sampah
dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempattempat umum, pemberantasan sarang
nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan masyarakat
merupakan elemen inti dari permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari
sejarah negara maju. Beberapa masalah penyakit dan epidemi yang timbul dengan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan tehnologi pada masa itu coba dipecahkan yang
kini menjadi dasar-dasar pelaksanaan program kesehatan masyarakat di seluruh
dunia. Perkembangan kesehatan masyarakat di negara maju pada masa liberalisme,
banyak menghasilkan penemuan-penemuan yang merubah cara pandang seluruh masyarakat
di dunia terkait kesehatan masyarakat. Winslow (1920) mendefinisikan kesehatan
masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui ‘usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat’.
Perkembangan ilmu kesehatan di
negara-negara berkembang merupakan dampak dari era penjajahan, negara-negara
kolonial menerapkan kebijakan terkait kesehatan masyarakat di negara-negara
jajahannya yang hingga saat ini masih diterapkan. Setelah era penjajahan,
masing-masing negara bekas jajahan berupaya mengembangkan ilmu pengetahauan dan
tehnologi yang ditinggalkan oleh negara-negara kolonial untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan sosial serta upaya-upaya dalam bidang kesehatan
masyarakat.
Perbedaan pendekatan/penanganan antara
Asclepius dan Higeia
dalam masalah kesehatan sebagai
berikut.
·
Asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit
tersebut terjadi pada
seseorang.
·
Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya dalam pendekatan
masalah kesehatan melalui
‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun,
makan makanan yang bergizi, cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila
orang jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upayaupaya secara
alamiah untuk menyembuhkan
penyakitnya, antara lain
lebih baik dengan memperkuat daya
tahan tubuh dengan
makanan yang baik
daripada dengan
pengobatan/pembedahan.
Pendekatan dalam
menangani masalah kesehatan
terdiri atas 2
kelompok yaitu; pertama, cenderung
menunggu terjadinya penyakit
disebut pendekatan kuratif (pengobatan), terdiri
dari dokter, dokter
gigi, psikiater, dan
praktisi lain yang
melakukan pengobatan penyakit baik
fisik, psikis, mental
maupun sosial. Sedangkan
kelompok kedua, seperti halnya
pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi
kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
B.
Saran
Selaku
penulis saya menyadari masih banyak yang salah/keliru dalam penulisan makalah
ini oleh karena itu kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk perbaikan dari
makalah ini agar kedepannya menjadi jauh lebih baik. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar